Ada kalanya, saat sedang merenung, saya mencoba menghitung waktu. Ya, waktu yang tersisa yang Allah masih berikan kepada saya.
Saya mengerti dan paham sekali, kita tidak bisa menduga apa yang terjadi di depan kita. Semua di atur oleh Allah dan itu merupakan rahasia tanpa seorang manusia pun bisa mengetahuinya. Kita hanya bisa terus berusaha, berdoa serta mengisi sisa hidup ini dengan penuh hal-hal baik.
Saya sedikit mengupas mengenai kematian. Seperti yang kita tahu, Allah miliki hak preogratif dalam hidup manusia. Jodoh, rejeki dan kematian termasuk hak mutlak yang Allah tentukan. Bila saatnya tiba, tiap makhluk yang bernafas tentunya harus siap untuk meninggalkan dunia ini.
Dulu, saya jarang berfikir tentang kematian. Bahkan saya berusaha menjauhkan pikiran-pikiran mengenai kematian. Saya berpendapat, untuk apa terlalu memikirkan kematian yang pasti akan datang pada seorang manusia. Bisa-bisa hal itu akan menambah beban pikiran dan was-was semata.
Namun, sejak mendapatkan vonis kanker, semua pikiran itu berubah. Saya seakan di tampar oleh sebuah kenyataan, bahwa hidup saya berpacu dengan waktu. Apalagi satu persatu survivor yang saya kenal telah meninggalkan dunia ini. Saya tahu kematian itu adalah hal yang pasti. Tetapi mendapati kenyataan ada kanker dalam tubuh saya, seakan mempertegas diri kalau saya harus mempersiapkan diri sebaik baiknya. Entah, apakah ini yang saya sebut sebuah hikmah dari banyaknya hikmah yang saya dapatkan dari kanker. Yang jelas, kanker ini membuat saya lebih sadar, bahwa Allah yang berkuasa atas hidup saya.
Seorang sahabat saya yang sekarang bermukim di Jepang, kerap saya ajak dialog mengenai hal ini. Persahabatan kami yang berjalan bertahun-tahun, dan basic psikologi yang ditekuninya, membuat saya nyaman bercerita dengannya. Mungkin bila ia membaca tulisan ini, ia akan teringat perbincangan kami yang kadang penuh tawa, sedih dan menangis.
Berbicara tentang waktu, ada satu hal yang belakangan ini coba saya lakukan kepada anak-anak. Saya berusaha mengisi hari- hari kami dengan penuh tawa dan bahagia. Walaupun disela-sela itu saya pun harus merasakan rasa sakit dan nyeri.
Kami berusaha melupakan sakit yang saya derita dengan saling menguatkan dan berbagi satu sama lain. Saya sadar, mungkin waktu kebersamaan kami akan terenggut oleh sesuatu yang pasti datang menjemput.
Tapi sebelum itu terjadi, maka kami akan menghabiskan waktu bersama-sama untuk bergandengan tangan. Sembari berdoa agar Allah mengijinkan saya untuk mendampingi mereka hingga dewasa kelak. Amin..
Kalau dipikir waktu 10 tahun itu lama ya, tapi kalau kita menengok ke belakang, 10 tahun lalu saya masih begini eh cepet ya sekarang sudah begini. Jadi 10 tahun mendatang akan sama halnya hehehe makan jangan sia2kan waktu
BalasHapusHehehhe.. betul mba nunu.kadang kita lengah oleh waktu. Tanpa Sadar waktu telah jauh berjalan. Semoga kit a termasuk orang orang yang bisa memanfaatkan waktu sebaik baiknya. Amin....
HapusMakasih sudah berkunjung ya mba
Semangat ya Mbak Tri... Aku salut akan ketegaranmu. Semoga semua doamu diijabahNya. Aamiin
BalasHapus