Tampilkan postingan dengan label NON FIKSI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label NON FIKSI. Tampilkan semua postingan

Rabu, 19 Maret 2014

Resensi Buku Tak Mau Kalah (Mereka yang Berhasil Melawan Kanker) Mukhransyah





Judul         : Tak Mau Kalah (Mereka Yang Berhasil Melawan Kanker)
Penulis      : Mukhransyah
Penerbit    : KP Books
Halaman   : 186
Tahun        : 2012

Tidak banyak buku yang berkisah tentang para survivor kanker  yang berjuang melawan penyakit kanker.  Buku Tak  Mau Kalah  yang di tulis oleh Mukhransyah, merupakan salah satu dari buku tersebut.  Buku ini memang sangat menarik bagi saya.  Selain memang isi dari buku yang mengambil tema berani mengenai perjuangan melawan kanker, buku ini pun di tulis oleh Mukransyah yang cukup mumpuni kiprahnya di dunia penulisan.  Mukhransyah saat ini memegang jabatan sebagai pimpinan redaksi dari Tabloid My Mommy, sebuah tabloid yang berbasis di Kalimantan Timur.  Ia pun  sebagai wartawan senior di salah satu surat kabar harian terbesar di Kaltim, yaitu harian Kaltim Post. 

Dalam Buku Tak Mau Kalah ini, di buka dari beberapa pengantar dari tokoh-tokoh yang berkompeten dalam bidangnya.  Sebut saja tokoh dalam bidang kedokteran yaitu,   Prof DR dr Nila F Moeloek  SpM (K), dr. Sonar Soni Panigoro, SpB (K) Onk, M Epid, dr. Arie Ibrahim, Sp BS (K).  Serta Zainal Muttaqin yang saat itu menjabat sebagai chairman Kaltim Post Group.

Ada 5 bab dalam buku ini, di mana pada bab 1 berjudul Pelajaran Berharga dari Kanker,  memuat 10 tulisan  dari Mukhransyah  sendiri yang berjuang melawan kanker tiroid yang di alaminya.  Berawal dari sebuah benjolan kecil yang mulai ia rasakan beberapa tahun sebelumnya.  Awalnya, benjolan tersebut tidak menimbulkan keluhan, terlebih begitu banyak pekerjaan yang merupakan tanggung jawabnya, sehingga ia tidak terlalu memperhatikan benjolan tersebut. 

Ketika ia merasakan gejala-gejala yang kurang nyaman pada tubuhnya, ia pun segera berinisiatif memeriksakan diri  lebih lanjut secara medis.  Ternyata, dari hasil  pemeriksaan tersebut, ia mengetahui telah bersarang kanker tiroid  dalam tubuhnya.  Keinginan untuk sembuh begitu tinggi bagi dirinya.  Mukhransyah pun segera melakukan  serangkaian pengobatan kanker tiroid, mulai dari operasi pengangkatan tiroid hingga terapi ablasi yang menggunakan iodine  131, atau yang sering di sebut radioaktif nuklir.
 
Dalam buku ini, Mukransyah menjelaskan secara runut dan rinci  berbagai pengalamannya menghadapi kanker.  Kepiawaiannya sebagai wartawan, memang tidak bisa di ragukan, ini terlihat bagaimana  ia menjelaskan kanker tiroid tersebut, termasuk dengan memberikan data valid dan hasil wawancara dengan nara sumber yang berkompeten dalam bidangnya.  Membaca buku ini, membuat pembaca tidak hanya bisa mengambil hikmah dari pengalamanan Mukransyah dalam menghadapi kanker, tetapi juga bisa mengetahui seperti apakah kanker tiroid dan pengobatannya.

Bab 2  yang berjudul Berjuang Untuk Harapan dan Cinta, terdiri dari 6 tulisan.  Bab ini berkisah mengenai perjuangan Rasminawati, seorang survivor kanker usus besar.  Perjuangan Rasminawati memang sungguh luar biasa,  ia  memiliki keinginan kuat untuk sembuh.  Ia dengan semangat mengikuti serangkaian pengobatan kanker yang tidak hanya menguras tenaga, namun pula biaya tidak sedikit.   Bila melihat Rasminawati, orang tentu tidak menyangka ia adalah survivor kanker yang telah berjuang melawan kanker. Ia menegaskan selain pengobatan,  motivasi dari orang-orang terdekat bagi penderita kanker sangat penting untuk menunjang kesembuhan.

Demikian kisah-kisah yang terdapat pada bab-bab selanjutnya yang mencerminkan mengenai perjuangan para survivor kanker yang tidak pantang menyerah.  Membaca buku ini, membuat saya sebagai salah satu survivor kanker merasa lebih bersemangat dan termotivasi untuk sembuh. Selaku pembaca, kita tidak hanya mengetahui sejauh mana bahaya kanker serta pengobatannya yang memerlukan perjuangan panjang dan berliku-liku.  Buku ini memang menjadi salah satu penyemangat yang luar biasa untuk para survivor untuk menaklukkan kanker.  Sedangkan untuk pembaca lainnya,  diharapkan dengan membaca buku ini bisa lebih dini mengenai gejala kanker yang ada.  Atau bisa secara dini melakukan pemeriksaan deteksi kanker melalui pemeriksaan  medis. 

Saya sendiri memberikan  rasa kagum yang luar biasa terhadap kegigihan  penulis yaitu Mukransyah dalam melawan kanker.  Di sela-sela perjuangannya melawan kanker, ia masih men yempatkan diri untuk menuliskan buku luar biasa dan sangat bermanfaat bagi pembaca ini.  Semoga saja buku ini bisa diambil hikmah dan manfaat bagi para pembaca. Amin 
Read More

Minggu, 23 Februari 2014

Surat Untuk Anakku, Raisyah (1)




Raisyah, anakku sayang

Entah mengapa malam ini mama ingin menuliskan surat ini untuk Raisyah di blog mama.  Mungkin karena kemarin, Raisyah merayakan  ulang tahun yang ke enam tahun.  Mama berharap,   suatu saat,  apabila mama sudah tidak ada di dunia ini, dengan membaca surat ini,  Raisyah akan mengingat cinta dan kasih sayang mama yang tidak habis untukmu.

Raisyah, mama mengingat kembali saat-saat Raisyah akan di lahirkan 6 tahun yang lalu.   Saat itu, dokter Arum, dokter kandungan yang menangani mama, memutuskan  melakukan operasi ceasar  untuk melahirkanmu.  Dokter Arum melihat kondisi  mama yang mengalami beberapa masalah saat mengandung Raisyah.  Mama setuju saja, yang  penting mama tetap berdoa agar Raisyah bisa di lahirkan dengan selamat.

Oh ya, mama akan menceritakan beberapa hal yang selalu mama ingat saat mengandung Raisyah.  Setiap kali Raisyah akan di USG oleh dokter, Raisyah selalu tampak malu-malu.  dokter pun tidak memberitahukan jenis kelamin  Raisyah saat itu.  Entah apa karena kesulitan melihatnya, atau memang sengaja ingin memberikan kejutan untuk mama.  Bahkan  banyak orang yang mengira kalau Raisyah kelak akan di lahirkan sebagai anak lelaki.  

Pada awal-awal masa ngidam, mama mengalami morning sick yang tidak tertahankan.  Raisyah tahu kan morning sick?  Morning sick itu merupakan gejala tidak menyenangkan bagi ibu hamil muda seperti mama saat itu.  mama bangun tidur dalam keadaan mual, pusing, lemes bahkan pengen muntah.  Aduh,  tidak terbayang betapa beratnya masa-masa itu.  Tapi mama sekuat tenaga, berusaha tetap makan dan minum.  Mama tidak ingin Raisyah kekurangan makanan dan minuman, hanya karena mama tidak berani melawan rasa ngidam.  Ya, mama berani  melakukannya, semua demi Raisyah.

Rasa yang paling membahagiakan, saat Raisyah di lahirkan di dunia ini.  Dokter Arum langsung memperlihatkan Raisyah pada mama, dan mengatakan, “Selamat bu, anaknya perempuan”.

Ya Allah, mama merasa bahagia sekali.  Memiliki anak perempuan merupakan sebuah impian bagi seorang ibu seperti mama.  Mama sudah membayangkan banyak hari-hari yang akan kita lalui bersama.



Raisyah…,
Ah, banyak hal yang ingin mama sampaikan kepada Raisyah.  Mama begitu menyayangi dan mencintai Raisyah.  Memiliki Raisyah, membuat mama sebagai seorang ibu yang utuh.  Kedekatan mama dan Raisyah begitu erat, hanya kita berdua yang tahu.  Banyak orang yang menilai wajah kita yang mirip.  Biarlah, toh kita memang seorang ibu dan anak.    Raisyah seperti tidak terpisahkan dari mama.  Terkadang, raisyah langsung menangis, bila mama pergi tanpa membawa raisyah serta.  Tentu saja mama tidak berdaya, terlebih saat melihat  tatapan mata Raisyah yang memelas dan meminta mama membawamu.  Akhirnya ,mama luluh juga untuk membawa Raisyah pergi menemani mama.


Raisyah,
Semua kebersamaan kita, seakan terusik, saat mama tervonis kanker.  Raisyah tahu, hati mama benar-benar hancur kala itu.  apalagi dokter sudah memberikan bayangan kemungkinan mama akan lumpuh bila tidak di tangani dengan segera.  Ya, kanker mama sudah memasuki stadium lanjut .   saat itu dalam benak mama, umur mama mungkin tidak selama orang lain di dunia ini. Penyakit kanker yang ada di diri mama terus menerus mengincar hidup mama.  

Seharusnya mama tidak boleh menyerah kan?  Hidup dan mati kita, semua merupakan rahasia Allah.  Tapi, mama bukanlah seorang malaikat.  Mama tetaplah seorang perempuan dan ibu yang suatu ketika bisa rapuh dan sedih.    Satu hal yang mama takutkan saat tervonis kanker, bukan karena kemungkinan mama akan meninggal karena penyakit ini.  


Bukan itu, nak..  Di pikiran mama, hanya Raisyah dan anak-anak mama yang lain.  Bagaimana nasib  kalian, kalau mama tidak ada.  Siapa yang akan mendampingi kalian sampai dewasa? Siapa yang akan menemani masa-masa sulit dan bahagia kalian setiap saat? Dan entah.. begitu banyak pikiran berkecamuk dalam diri mama.

Khususnya kepada Raisyah… hati mama begitu pilu.  Kalau mama tidak ada, siapa yang menjadi pelindung Raisyah?  Siapa yang akan mengenalkan dunia ini kepada Raisyah?  Siapa yang akan menemani  hari-hari pertama Raisyah bersekolah? Siapa yang akan menjadi tempat Raisyah bercerita, mengadu, dan berkeluh kesah?  Siapa yang akan menjadi kekuatan Raisyah saat  Raisyah merasa takut atau bingung untuk melakukan sesuatu?  Semua pertanyaan demi pertanyaan  berkecamuk di kepala mama.

Raisyah..
Mungkin terkadang, mama terlihat menjaga jarak terhadap Raisyah.  Bahkan membiarkan Raisyah saat menangis ataupun berusaha tegas saat Raisyah melakukan kesalahan.  Bukan.. itu bukan karena mama tidak sayang Raisyah.  Mama terlalu sayang dan mencintai Raisyah.  Mama ingin Raisyah tumbuh menjadi anak perempuan yang  sholeha, mandiri, kuat, bertanggung jawab.  Hingga suatu ketika, saat mama meninggalkan dunia ini,  mama bisa bahagia di atas sana, karena melihat Raisyah bisa tumbuh menjadi perempuan yang seutuhnya. 

Raisyah,
Apakah Raisyah berfikir mama jahat?  Terkadang mama berusaha untuk tidak sering memelukmu, memanjamu, dan mengajakmu ke tempat yang Raisyah mau.  Mama tidak ingin melukai hati mama dan menyesal terlalu dalam.  Kanker dalam diri mama, membuat mama selalu bekejaran dengan waktu dan waktu.  Ketika memelukmu erat,  saat itulah mama menjadi lemah dan sedih.  Di saat itulah mama kadang mengutuk kanker yang menggerogoti tubuh mama.  Kanker itu pula yang membuat mama tidak bisa beraktifitas seperti  ibu lain.  mama tidak bisa mengantar dan menjemput Raisyah seperti ibu-ibu lain menjemput anak-anaknya.  mama tidak bisa sering-sering membawa Raisyah berjalan-jalan seprti ibu-ibu lain membawa anak-anaknya jalan.

Mama terkadang berusaha kuat untuk menemani Raisyah.  Ingat nggak waktu raisyah meminta mama untuk menemani acara sekolah kunjungan ke toko Gramedia.  Waktu itu kondisi mama benar-benar tidak fit.  Baru dua hari sebelumnya mama keluar dari terapi kemo tulang.  Tapi mama tidak ingin melihat Raisyah sedih.  Dengan sekuat tenaga, mama memaksakan diri untuk menemani raisyah.  Yang lebih menyulitkan, saat mama harus menaiki tangga toko buku gramedia untuk menuju lantai dua.  Raisyah sudah duluan berada diatas bersama guru dan teman-teman yang lain.  Kaki mama masih sangat lemah untuk menaiki tangga.  Tapi mama harus kuat.  Dengan perlahan dan memegang pegangan pinggir tangga, mama menaiki tangga tersebut.  syukurlah, mama berhasil ke lantai dua dan menemani Raisyah di acara itu.



Raisyah,
Mama tahu, Raisyah selalu menginginkan mama sehat dan cepat sembuh.  doa-doa itu selalu keluar dari mulut mungil Raisyah.  Raisyah seperti seorang motivator sejati yang terus menerus memompakan semangat pada mama.
“Mama harus sembuh, ya..”
“Alhamdulillah ya Allah, mamaku semakin Sehat..”
“Hore…, mama sudah tidak sakit lagi”.
Entah berapa banyak kata-kata ajaib yang Raisyah ucapkan membuat mama ingin segera sembuh.

Raisyah ingat,
Saat mama di operasi beberapa waktu lalu, Raisyah datang ke rumah sakit dengan membawa boneka Hello kitty kesayangan Raisyah.  Raisyah berbisik pada mama, dan mengatakan “Mama harus sembuh ya.” Raisyah lalu meletakkan boneka itu di samping tempat tidur mama.  Raisyah bilang, boneka itu akan menemani mama selama tidur di rumah sakit.   Mama tidak bisa berhenti menangis melihat tingkahmu itu, sayang.  Mama menegaskan dalam hati, mama harus sembuh demi Raisyah.


Atau Raisyah ingat tidak waktu kita hanya berdua di Bontang.  Saat itu mama harus di larikan ke rumah sakit karena mengalami infeksi di pencernaan yang mengakibatkan mama mengalami muntahber.  Raisyah menangis saat mama minta untuk tidur di rumah tante terlebih dahulu.  Raisyah meminta bersama mama di rumah sakit.   Beruntung,  pihak rumah sakit dan perawat mengijinkan Raisyah menemani mama di rumah sakit.   Raisyah sangat mandiri dan bisa mengurus mama ketika itu.  bahkan salah satu pasien di kamar mama, memuji Raisyah yang begitu mandiri dan perhatian sama mama.

Begitu banyak cerita yang ingin mama sampaikan mengenai Raisyah.  Tapi rasanya semua membuat mama ingin menangis mengingatnya.  Betapa cinta dan sayang nya mama terhadap raisyah.  Bila mama boleh meminta,  di hari ulang tahunmu ini,  doakan agar mama bisa sembuh dan terus mendampingi Raisyah sampai dewasa dan bahagia.   Mama ingin terus mendampingi Raisyah melewati hari penuh dengan warna-warni kehidupan ini.

Peluk dan cium untuk Raisyah

Dari mama yang selalu mencintaimu

Read More

Minggu, 19 Januari 2014

KEB di Mataku : Kutemukan Keberanian dari KEB



Sebenarnya aku sudah cukup lama mengenal KEB atau Kumpulan Emak-emak Blogger di Facebook . Namun, selama itu aku hanya sebagai anggota pasif saja. Aku menikmati waktu berselancar dan membaca tulisan-tulisan para emak di blog mereka masing-masing. Terkadang aku tertawa, menangis, atau turut bersuka cita membaca tulisan meeka. Tulisan yang di tulis dengan sepenuh hati di blog mereka. Tidak hanya itu, aku pun dibuat terkagum-kagum dengan penampilan blog para emak anggota KEB yang keren-keren. Sampai-sampai nggak habis pikir, bagaimana ya mereka begitu kreatif membuatnya.. 

 Oh ternyata, dalam KEB ini banyak para emak yang sering membagi tips untuk mengolah blog menjadi lebih keren dan enak dibaca. Bahkan mereka pun tidak segan-segan untuk membagi ilmu dan pengalaman mereka selama aktif di dunia blog. Jarang lho, ada komunitas yang isinya para emak yang begitu baik hati dan tidak segan membagi ilmu dan pengalaman mereka. mudah-mudahan segala kebaikan mereka mendapatkan pahala dari Allah  soalnya, aku sering menerapkan tips-tips mereka dalam blogku. Tidak cuman itu, selain berbagi tips dan informasi mengenai membuat blog menjadi lebih menarik. 

Para emak pun kerap membagi cerita tentang kehidupan ataupun pengalaman sehari-hari yang mereka alami. Wow, aku sering membaca cerita-cerita mereka yang tidak hanya menarik, tetapi mengandung banyak hikmah. Dari cerita mengenai kehidupan pribadi, berbagi pengetahuan tentang parenting, rumah tangga, travelling, atau bahkan masakan hahaha.. semua dikupas habis dengan gaya mereka masing-masing. Belum lagi kalau diantara mereka sedang mengadakan Give away, wah… benar-benar hebat. Para anggota pun berpartisipasi untuk mengikutinnya. Bukan hanya untuk menambah pengalaman dalam mengikuti Give Away (GA), tetapi aku melihat bagaimana rasa para anggota saling menghargai dan menyupport satu sama lain, termasuk untuk meramaikan acara GA salah satu anggota. Tentu saja, daya tarik hadiah yang biasanya di selenggarakan temen yang mengadakan GA, tetap menjadi daya pikat. 

 Aku dan KEB 

Jujur, walaupun saat itu aku senang berselancar dan membaca blog teman-teman, namun aku sendiri jarang memperhatikan blog ku. Aku hanya menulis tulisan di blog hanya untuk hal-hal yang kuanggap perlu saja. Misalnya tulisan tentang kegiatanku dalam penulisan ataupun hasil karyaku yang telah terpublikasi di media ataupun dalam bentuk buku. Aku sendiri belum begitu berani menuliskan cerita yang kualami sehari-hari dituangkan dalam blog. Aku pikir, semua kualami biarlah kusimpan sendiri dalam hati. Rasanya kurang begitu nyaman bila kutuliskan dan dibaca banyak orang. Wah.., bisa ketahuan dong isi hatiku hehehe.. itulah pemikiranku dulu. 

 Padahal, aku begitu senang membaca cerita teman-teman anggota KEB. Walaupun mereka menuliskan kisah-kisah yang mereka alami sehari-hari, atau pandangan dan pemikiran mereka terhadap sesuatu topik atau persoalan, mereka melakukannya dengan sepenuh hati. Begitu pula tanggapan teman-teman terhadap tulisan mereka, yang mendukung dan menyupport. Sedangkan aku? Aku masih belum berani menuliskan apa-apa tentang hidupku. 

Hingga suatu kejadian itu hadir dalam hidupku. Kejadian yang tidak mungkin kulupakan dalam hidup, yaitu saat aku tervonis kanker stadium lanjut oleh dokter. Itu terjadi tepat 1 tahun yang lalu, di bulan Januari 2013. Semua hidupku seakan hancur lebur dan tanpa arah. Aku sempat berada dalam satu fase titik nol dalam hidupku. Pada fase-fase terberat itulah, aku mencoba bangkit dan mengalihkan semua pemikiran tentang sakit melalui tulisan. 

 Ya.., aku harus menjalani terapi menulis. Tepatnya menulis tenang hidupku sendiri,. Aku tidak mungkin memendam sendiri perasaanku dalam menghadapi kanker. aku harus bisa membagikan ceritaku dalam menghadapi kanker dalam tulisan. Aku sungguh berharap, terapi tulisan ini bukan hanya untuk membantu kesembuhanku, tetapi bisa menyemangati orang lain, khususnya penderita kanker sepertiku. Ternyata, untuk memulai menuliskan kisahku sendiri tidaklah mudah. Ada pergolakan batin tersendiri untuk menuliskannya. Aku bingung, bagaimana aku menuliskan kisahku dalam blog. 

Aku pun kembali membaca cerita-cerita para emak di KEB di blog mereka. Banyak diantara mereka yang menceritakan kisah pribadi dan memberikan makna pada pembacanya. Bahkan aku pun me nemukan beberapa blog yang begitu kuat menceritakan kisah hidup mereka untuk memberikan inspirasi kepada pembaca. Dari situ, aku menemukan keberanian besar untuk menuliskan kisahku di blog. Dan benar… setelah aku berani menuliskan kisahku di blog, banyak orang yang berkunjung di blogku dan mereka turut menyupportku. 

Wah.., sebuah kejutan yang tidak kuduga. Bahkan ada pula yang akhirnya saling share secara pribadi mengenai kanker dan pengalaman menghadapi kanker. Aku tidak menyangka, ternyata tulisanku membawa manfaat buat pembaca. Aku bersyukur telah mengenal KEB dan tentu saja para emak keren anggota KEB. Dari KEB pula, aku mempunyai keberanian untuk menuliskan kisah hidupku menghadapi kanker di blog. Dari KEB, aku belajar bagaimana berbagi cerita dan saling mendukung dengan para anggotanya., ah… entahlah, begitu banyak manfaat dan cerita yang tidak bisa kuungkap semua tentang KEB. I love you, KEB…. 
Read More

Minggu, 29 Desember 2013

Ketika Menulis Menjadi Terapi Kesembuhan , MyTelkomsel Membantuku

Mendapat gelar baru sebagai Survivor Kanker tidak pernah menjadi impian saya, dan saya yakin bukan impian semua orang. Terlebih saya harus melewati serangkaian pengobatan dan terapi yang menyita waktu dan tenaga. Bayangkan saja, sejak di vonis kanker, saya harus melewati dua kali operasi pengangkatan benjolan tyroid di leher, Terapi radiasi nuklir yang mengharuskan saya di isolasi selama 4 hari 3 malam. Bahkan rutin setiap bulan suntik infus penguat tulang. Ya, itu belum termasuk dengan kondisi fisik yang tidak fit, serta rasa sakit di bagian pinggang dan kaki, akibat dari metase kanker di tulang belakang. Praktis, hampir kegiatan saya yang dulu sangat aktif sekarang malah lebih banyak dilakukan di dalam rumah. Saya pun harus menjaga diri untuk tidak mudah capek dan kelelahan.

Tentu saja semua harus saya jalani dengan terus memupuk kekuatan semangat untuk sembuh. Saya pun berusaha menjaga bagaimana pikiran dan perasaan saya agar terus bahagia dan positif serta menghindari stress ataupun rasa marah. Bagaimana pun juga, sangat penting bagi seorang pasien kanker untuk terus menjaga pikiran dan perasaan hatinya. Hal ini pun sangat menunjang sebagai motivasi agar bisa terus berjuang untuk sembuh. Saya ingin mengisi hidup saya lebih bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain, dari pada terus menyesali hidup karena penyakit kanker. Selain lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dengan cara meningkatkan ibadah, berbagi dengan orang lain, saya pun melakukan terapi jiwa melalui menulis.
Sebenarnya dunia menulis sudah saya kenal sejak lama, dan lebih intens terjun ke dunia menulis setelah menikah. Saya meluangkan waktu untuk menulis berbagai macam jenis tulisan seperti opini, cerpen, dan kisah inspiratif di sela-sela kesibukan saya sebagai ibu rumah tangga dan usaha. Tulisan itu pun di muat diberbagai media cetak maupun di bukukan. Begitu pula dengan aktifitas saya dalam dunia blog. Jujur, walaupun saya sudah mulai ngeblog dari tahun 2011, namun saya masih kurang aktif menulis di blog saya. Namun, sejak bergabung dengan berbagai komunitas penulisan , antara lain Komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) , saya jadi semakin mengerti bagaimana manfaat blog itu sendiri. Blog tidak hanya sebagai tempat seseorang mencurahkan pemikiran dan perasaannya, tapi blog bisa dijadikan tempat untuk share pengetahuan dan pengalaman serta berbagai manfaat lain.
Saya pun memanfaatkan blog untuk berbagi kisah saya dalam kegiatan menulis serta pengalaman saya menghadapi kanker. Menulis di blog ternyata memang membawa banyak manfaat kepada saya. Selain menjadi terapi jiwa untuk berusaha sembuh dari kanker, saya pun menjadikan blog sebagai sarana edukasi dan sharing tentang kanker untuk pembaca. Saya pun banyak berkenalan teman-teman baru yang membaca tulisan saya dan saling menguatkan untuk menghadapi kanker. Bahkan dari tulisan-tulisan di media dan blog tersebut, akhirnya saya bisa turut berbagi pengalaman tentang kanker yang dibutuhkan oleh pembaca.

Saya sungguh bersyukur sangat terbantu dengan support operator Telkomsel. Telkomsel bisa saya andalkan dalam fasilitas internet yaitu menggunakan Telkomsel Flash. Saya tinggal mengaktifkannya melalui *363# dan kemudian mengikuti instruksi yang tertera dilayar. Untuk kapasitas serta masa berlakunya pun bisa saya pilih sesuai dengan kebutuhan saya. Saya tidak perlu kuatir jaringannya akan terputus tiba-tiba, mengingat jaringan Telkomsel merupakan yang terbaik di Indonesia. Saya pun semakin mudah mengaskses berbagai informasi pengetahuan khususnya tentang kanker di internet. 
Keterangan : Bersama seorang sahabat, mbak Fauziah di ruang kemotrapi RS AWS Samarinda.
Bahkan saat saya harus menjalani perawatan di kamar isolasi radiasi nuklir selama 4 hari 3 malam atau pengobatan rutin bulanan di ruang kemotrapi rumah sakit, saya tidak perlu kuatir merasa jenuh ataupun gelisah. Karena Telkomsel selalu menemani saya untuk mengisi waktu sessi pengobatan tersebuti. Saya bisa leluasa menggunakan internet atau menelpon keluarga dan teman untuk menghilangkan semua rasa gundah gulana hehehe.... Bersama Telkomsel saya tidak perlu kuatir kehilangan dukungan dan support keluarga serta teman-teman. Saya pun bisa saling berkoordinasi dengan staff kantor saya melalui internet. Semua itu di jamin karena jaringan dan fasilitas Telkomsel yang sangat menbantu kebutuhan serta keperluan saya.
Keterangan : Saya berfoto bersama staf RS MRCCC Siloam sebelum menjalani proses isolasi radiasi nuklir

Apalagi saat ini Telkomsel semakin meningkatkan pelayanan untuk memberikan yang terbaik untuk pelanggannya. Salah satu yang terbaru yaitu dengan produk MyTelkomsel.  MyTelkomsel merupakan aplikasi dari Telkomsel yang bertujuan untuk memberikan kemudahan akses layanan bagi para pelanggan yang menggunakan tablet ataupun smartphone. Tentu saja hal ini sangat membantu saya untuk menunjang kegiatan sehari-hari. Karena kondisi fisik saya saat ini yang tidak bisa beraktifitas secara aktif seperti dulu karena dalam kondisi penyembuhan, sehingga kehadiran Produk MyTelkomsel  sangat saya butuhkan. 
MyTelkomsel
 MyTelkomsel memberikan banyak kemudahan. Misalnya berbagi pulsa, mengirimkan paket data, cek tagihan kartu Halo, sampai mengisi paket internet di tablet yang tak punya fitur telpon.  Bahkan kita bisa pula transfer pulsa, flash gift, mutli SIM Kontrol, pembelian Paket Flash Internet, Telpon, dan berbagai fitur yang bertujuan memudahkan pelanggannya, termasuk saya yang memang sangat membutuhkan. Semua bisa terakses dari MyTelkomsel . Dengan aplikasi ini, kita dapat mengecek sisa pulsa, masa akif, sampai paket internet, seperti di bawah ini :
Keterangan:  MyTelkomsel dapat mengecek Pulsa dan Paket Internet
Secara  Lebih Mudah
Dengan MyTelkomsel saya pun dapat memilih dengan mudah paket-paket yang ditawarkan.  Tentu saja hal ini akan lebih memudahkan bagi saya.
Keterangan : Berbagai Paket  yang Diberikan MyTelkomsel
Nah, ini salah satu manfaat dari MyTelkomsel yang saya gunakan, yaitu  menu Feature.  Saya bisa dengan mudah isi ulang pulsa, mentransfer pulsa  untuk suami atau anak saya, pada saat mereka benar-benar membutuhkan pulsa.   Disamping itu banyak lagi kemudahan yang bisa di peroleh dari Feature ini. 
Keterangan : Ingin isi pulsa, transfer pulsa & Kuota, dll, bisa cek disini :)
Saat ingin mengunjungi kantor GraPari terdekat, namun masih bingung di mana alamat serta alamatnya.  Jangan kuatir, dalam fitur ini pun tersedia Location Map Lokasi GraPari yang kita inginkan :)
Keterangan : Memudahkan mencari Lokasi GraPari terdekat 
Sebenarnya banyak lagi keuntungan dari aplikasi ini. Tentunya penjelasan  diatas pasti membuat kita ingin mengetahui lebih jauh mengenai  MyTelkomsel kan? Jangan kuatir, silahkan menonton video berikut ini.  Atau bisa pula klik ke MyTelkomsel . 
keterangan : Turorial MyTelkomsel
Cara mengaktifkan aplikasi MyTelkomsel pun mudah sekali, dengan cara menginstal gratis melalui AppStore, PlayStore, atau AppWorld. Tidak perlu kuatir dengan jenis handphone yang digunakan, karena pemakai BlackBerry, iOS, Android bisa mempergunakan aplikasi MyTelkomsel.

Tentu saja dengan segala aplikasi yang di sediakan ini akan sangat bermanfaat bagi para pelanggan.  Khususnya bagi saya, seorang survivor kanker yang menjadikan Menulis sebagai terapi kesembuhan serta ingin selalu berbagi cerita dan semangat kepada orang lain.  MyTelkomsel memang sangat mengerti tentang kebutuhan saya :)   Silahkan di coba sendiri ya, dan Anda bisa merasakan kemudahan dengan kehadiran MyTelkomsel seperti yang saya rasakan :)


Read More

Senin, 02 Desember 2013

Aku dan Kanker Tiroid, bagian 2 di tabloid MY Mommy

tabloid My Mommy yang memuat kisahku

Ternyata bayangan saya tersebut berbeda dengan penjelasan dokter Rudy. Beliau menjelaskan iodine 131 yang di produksi BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional) memang digunakan untuk bidang medis, khususnya pengobatan gangguan tyroid, salah satunya kanker tyroid. Penggunaan iodine ini pun sesuai prosedur dan dilakukan oleh dokter spesialis kedokteran nuklir. Sayangnya, terapi radiasi nuklir hanya ada di beberapa rumah sakit yang memang memiliki fasilitas kedokteran nuklir. Antara lain RS. Dharmais Jakarta, RS. Hasan Sadikin Bandung, RS. Dr. Soetomo Surabaya, RS MRCCC Siloam Jakarta dan beberapa rumah sakit lainnya. 

Sebenarnya terapi kemoterapi bisa dilakukan sebagai pengganti terapi radiasi interna. Namun efektifitas kemotrapi untuk pengobatan tyroid masih tidak sebanding dengan terapi radiasi interna. Penjelasan tersebut membuat saya sedikit berlega hati. Walaupun dalam benak saya berfikir, mudah-mudahan suatu saat Kaltim yang merupakan salah satu provinsi terkaya di Indonesia memiliki fasilitas radiasi internal seperti rumah sakit besar lainnya. 

Sehingga masyarakat yang menngalami gangguan tyroid seperti saya, bisa lebih mudah mengaskses proses pengobatan tersebut. Berkunjung ke Kedokteran Nuklir Hasan Sadikin Sembari menunggu waktu untuk dilakukan jadwal operasi tyroid, saya menyempatkan diri datang ke RS. Hasan Sadikin Bandung. RS Hasan Sadikin merupakan pusat rujukan nasional pelayanan kedokteran nuklir dan satu-satunya pusat pendidikan spesialis kedokteran nuklir di Indonesia. 

 Saya pun melakukan konsulatasi dengan salah satu dokter spesialis kedokteran nuklir disana. Beliau memberikan informasi lengkap seperti yang dokter Rudy Tharby berikan. Iodine 131 pun di manfaatkan pula oleh pasien gangguan hipertyroid maupun hipotyroid. dan memang efektifitasnya cukup teruji untuk menunjang kesembuhan pasien. Selain itu saya pun sempat melakukan pemeriksaan sidik tyroid dengan menggunakan kamera SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography) untuk mendiagnosis tyroid. 

 Ada banyak pasien saat itu yang akan konsultasi sekaligus pemeriksaan sidik tyroid. Rata-rata mereka bukan hanya berasal dari Bandung, tetapi kota-kota lain. Bahkan ada pula yang berasal dari luar daerah seperti saya. Namun bagi pasien yang ingin melakukan radiasi interna, biasanya dilakukan sesuai waktu yang telah di jadwalkan oleh pihak kedokteran nuklir. Hal ini dikarenakan begitu banyak pasien yang ingin melakukan radiasi interna ini, hanya saja tergantung dengan kapasitas ruangan, penyediaan bahan dan lain sebagainya. Sehingga perlu bersabar mengantri dalam waktu yang sudah di jadwalkan. 

Sedikit melihat ke arah sejarah kedokteran nuklir. Sebenarnya pelayanan kedokteran nuklir dimulai sejak tahun 1965 di Indonesia. Pelayanan ini di lakukan tidak lama setelah reaktor atom pertama diresmikan oleh Presiden Soekarno. Salah satu perintisnya adalah Prof. Dr. Johan S. Masjhur, dr., SpPD-KEMD., SpKN yang merupakan Guru Besar ahli Kedokteran Nuklir Fakultas Kedokteran (FK) Unpad. Namun ternyata, perkembangan kedokteran nuklir ini sangat lambat dikarenakan berbagai faktor. Antara lain kurangnya informasi tentang kedokteran nuklir ini di indonesia, disamping masih banyaknya ketakutan tentang radiasi nuklir ini. Belum lagi alat yang digunakan sangat mahal yaitu kamera SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography) dan PET (Positron Emission Tomography) yang kini direkayasa menjadi SPECT/CT dan PET/CT, serta alas an lainnya. 

Selama di Bandung, saya pun berkesempatan bertemu dengan Prof. Dr. Johan S. Masjhur. Tentu saja kesempatan itu tidak saya sia-siakan. Saya banyak bertanya kepada beliau mengenai penyakit kanker tyroid dan tentu saja mengenai radiasi nuklir. Ternyata prof Johan merupakan pribadi baik yang sangat ramah dan terbuka. Beliau dengan senang hati menjelaskan pertanyaan-pertanyaan saya. Dengan penjelasan beliau, membuat saya lebih yakin dan bersemangat menjalani pengobatan selanjutnya. 

 Berkenalan dengan Radiasi Interna Nuklir 

Seperti yang saya ungkapkan sebelumnya, pasca operasi pengangkatan tyroid, maka saya bersiap-siap melakukan terapi ablasi radiasi nuklir. jarak waktu pelaksanaan radiasi, biasanya paling cepat 1 bulan setelah operasi berlangsung. Pelaksanaan radiasi interna atau radiaktif nuklir ini hanya di lakukan di beberapa rumah sakit besar yang khusus tersedia instalasi kedokteran nuklir. Sehingga sangat di maklumi, bila untuk melakukan radiasi interna ini biasanya para pasien harus sabar menanti daftar tunggu yang cukup lama. 

Terlebih untuk menyediakan bahan Iodine 131 ini tidak bisa langsung di dapat dengan mudah. Pihak Rumah sakit harus memesan khusus pada BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional). Karena itu disarankan untuk segera mencari tahu informasi jadwal di rumah sakit tersebut untuk melakukan radiasi interna. Biasanya kita dapat menghubungi rumah sakit bersangkutan melalui telpon ataupun datang langsung. Disamping itu pasien bisa mendapatkan informasi mengenai radiasi interna dari Dokter yang menanganinya, ataupun dari pengalaman orang-orang yang pernah menjalani radiasi ini. 

 Selama menjalani pengobatan dan persiapan melakukan radiasi interna, saya aktif mencari informasi dari berbagai sumber. Bagaimana pun pula salah satu hal yang harus di lakukan pasien adalah aktif mencari informasi mengenai penyakit di deritanya. Pasien tidak bisa hanya berdiam diri, karena bagaimana pun juga pengobatan penyakit khususnya kanker merupakan salah hal yang harus diprioritaskan. Kita tidak pernah tahu bagaimana cepatnya sel-sel kanker menggerogoti tubuh seiring berjalannya waktu. 

Beruntung para dokter yang menangani saya, yaitu Dr. Rudy Tharby, Dr. Yasser Ridwan, dan Dr. Astried Indrasari sangat baik dan tidak segan-segan memberikan informasi yang saya butuhkan. Bagaiaman pun pula dokter merupakan sahabat dari pasien. Sehingga sebagai pasien harus bisa menjaga komunikasi dengan baik kepada dokter yang menanganinya. 

 Inni Indarpuri, salah satu sahabat saya, mengenalkan saya dengan Bapak Mukhransyah, seorang survivor kanker sekaligus aktif di YKI Kaltim. Saya beruntung berkenalan dengan Bapak Mukhransyah, karena selain survivor kanker tyroid, beliau mengedukasi saya mengenai kanker. Beliau pun menulis sebuah buku berjudul Tak Mau Kalah, buku yang berisi pengalaman beliau dan para survivor melawan kanker. 

 Saya pun berkenalan dengan Ibu Mega dan Ibu Dewi Yulita dari CISC (Cancer Information & Support Center) sebuah komunitas support kanker yang berbasis di Jakarta. Dari mereka berdua, saya berdiskusi sekaligus diberikan motivasi untuk menghadapi kanker.

Bersambung  .. : Aku dan Kanker Tiroid bagian 3 





Berpartisipasi pada
Read More

Aku dan Kanker Tiroid - Bagian 1 : Bermula dari Benjolan Kecil di Leher - tabloid My Mommy




Tidak ada harapan untuk hidup, itulah yang ada dalam pikiran saya saat menerima vonis kanker Pappiler Tyroid Carsinoma. Saat itu saya merasa dunia seakan berguncang dan hidup saya berpacu dengan waktu. Terbayang orang-orang yang saya kenal yang akhirnya menyerah karena penyakit kanker yang mereka derita. Belum lagi bayangan proses pengobatan kanker yang tidak hanya memakan waktu, biaya bahkan menguras air mata. Mengapa harus kanker? Mengapa  saya yang mengalaminya? Apa salah saya? Semua pertanyaan seakan silih berganti bergelut di pikiran saya.
Saya sempat berada dalam fase bergolakan batin menerima kenyataan tersebut. Namun dalam pergolakan itu pula, saya menemukan titik balik dalam hidup saya. Kanker bukan hal yang harus saya takuti atau hindari. Saya harus bangkit dan berjuang untuk sembuh. Masih banyak kesempatan dan cara untuk sembuh. Saya percaya akan ada campur tangan Allah untuk kesembuhan itu.
Beruntung saya dikelilingi oleh orang-orang yang selalu mendukung dan menyupport saya. Terutama kedua orang tua, suami dan anak-anak, keluarga, serta teman-teman.  Mereka senantiasa memberikan semangat saya agar berjuang untuk sembuh. Kedua orang tua mendoakan serta menguatkan agar saya bisa bangkit dan melawan kanker. Saya bersyukur kepada Allah karena memberikan kedua orang tua yang tidak pernah berhenti dengan tulus menyayangi dan mencintai saya.


Bermula dari Benjolan Kecil
Jangan pernah remehkan benjolan kecil di tubuh anda! Setidaknya itu yang sering saya sampaikan kepada orang lain. Semula bermula beberapa waktu lalu. saya merasakan perbedaan pada kondisi tubuh saya. Saya kerap merasa cepat lelah, sulit tidur,  dan mudah terserang flu dan batuk. Awalnya saya pikir hal itu terjadi karena aktifitas yang terlalu menyita waktu. Saya pun mencoba mengurangi aktifitas, namun ternyata keluhan saya pun tetap ada. Bahkan saya mulai merasakan nyeri  di bagian pinggang dan tulang belakang. Bersamaan pula muncul sebuah benjolan kecil di leher saya.
Walaupun begitu, saya tetap melanjutkan berbagai aktifitas saya. Perjalanan luar kerap saya lakukan, mengingat beberapa pekerjaan dilakukan di beberapa kota tersebut.  Hingga suatu ketika, setelah mengisi acara penulisan di Perpusda Prov. Kaltim, rasa sakit pinggang tersebut semakin menjadi.   Saya pun segera memeriksakan diri ke dokter bedah tulang di Samarinda. Saat itu yang menangani saya Dr. Yasser Ridwan, Sp. Ort. Beliau pun segera meminta saya melakukan serangkaian test, antara lain uji lab, CT Scan, dan Rontagen. Bahkan beliau pun merujuk saya ke  Dr. Eko Nugraha, Sp. Pa, untuk melakukan biopsi pada benjolan kecil di leher saya.
Hasilnya pemeriksaan tersebut sangat mengejutkan saya. Saya di vonis Kanker Papiller Tyroid Carsinoma.  Dr. Yasser memperkirkan bahwa sakit pada tulang belakang merupakan pengaruh dari kanker Papiller tyroid pada leher saya. Untuk penanganan lebih lanjut, oleh Dokter Yasser, saya dirujuk ke dokter spesialis bedah tumor yaitu  Dokter Rudy Tharby, Sp. Onk.


Tahap Pengobatan Yang Berliku
Saya tidak pernah menduga akan menghadapi ujian seperti saat itu. Namun hal itu tidak membuat saya patah semangat. Bagaimana pun juga saya harus kuat dan sabar menjalani pengobatan kanker yang membutuhkan waktu dan proses cukup menguras energi, biaya dan tentu saja air mata. Saya bersyukur bertemu dengan para dokter yang demikian terbuka memberikan informasi mengenai penyakit kanker yang saya alami. Demikian pula ketika saya dan suami bertemu dengan Dokter Rudy Tharby. Beliau dengan ramah menjelaskan secara detiil mengenai penyakit kanker tyroid, termasuk bagaimana proses pengobatan yang harus saya jalani. Penjelasan itu setidaknya membuat saya lega dan memiliki harapan besar untuk sembuh.
Dokter Rudy pun menjelaskan bahwa dunia kedokteran sekarang sudah lebih maju. Kanker pun bisa ditangani lebih baik dan kemungkinan untuk sembuh sangat besar. Jenis kanker pappiler tyroid yang saya derita merupakan jenis kanker yang termasuk tinggi tinggi kesembuhannya apabila di tangani secara tepat. Tinggal bagaimana kita berusaha berobat dan tetap meminta pertolongan kepada Allah.
Pengobatan yang akan saya jalani memang cukup mengejutkan bagi saya. Walaupun saya sering kali membaca buku, search internet dan mendengar penanganan tentang kanker, tetap saja semua berbeda apabila merasakannya sendiri. Dokter Rudy menjelaskan langkah pertama yang harus dilakukan adalah operasi pengangkatan tyroid. Setelah operasi tersebut, saya di haruskan menjalani terapi ablasi yaitu radiasi interna yang menggunakan iodine 131 atau yang lebih dikenal dengan radiasi nuklir. Terapi ini bertujuan untuk menghilangkan sel-sel kanker yang masih tersisa pasca operasi.  Tentu saja penjelasan itu membuat saya bingung. Bagaimana bisa seorang manusia seperti saya harus berhubungan dengan radiasi nuklir. Terlebih radiasi itu ditujukan untuk pengobatan kanker tyroid. Terbayang di benak saya bagaimana efek radiasi nuklir tersebut bagi manusia.

Bersambung ...... : Aku dan Kanker Tiroid Bagian 2



Tulisan ini 
Berpartisipasi pada



Read More