Sabtu, 04 Desember 2010

Ketika Mama Sakit...

Malam itu aku duduk terpaku didepan Ruangan operasi RS Umum Wahab Syahranie Samarinda. Waktu sudah menunjukkan jam sebelas lewat.
Disampingku duduk kakakku yang tampak jelas menyiratkan raut penuh kekuatiran wajahnya. Dan bila ada cermin besar di hadapan kami berdua, aku pastikan bahwa kami dapat melihat raut wajahku sama kuatir dengannya..

Kilas balik kejadian pagi harinya, ketika aku masih di Bontang. Seharian itu suasana hatiku terasa kacau tidak menentu. Entah apa sebabnya. Yang jelas aku rasakan gejolak tidak teratur dalam hatiku. Dan jawabannya ternyata ku dapat siang harinya. Aku melihat ada 8 missed call alias panggilan tidak terjawab di handphone ku. Panggilan dari suamiku. Dan benar saja, ketika kuangkat, suamiku tercinta mengabarkan bahwa mama mengalami kecelakaan di samarinda.

Saat itu juga aku langsung memutuskan berangkat ke samarinda. Suamiku sudah berada di sana setelah perjalanan dinas dari Balikpapan. Kucium kedua buah hatiku sebelum berangkat ke samarinda. Arya, putraku bertanya dengan wajah polosnya,
"Nenek kenapa ma?"
"Tidak ada apa-apa sayang. Mama berangkat dulu ya,"sahutku sambil menahan tangis
"Besok arya ulangan ma, nanti belajar sama siapa?" Tanyanya dengan wajah memelas.
"Belajar ama Kakak dulu ya." Aku pun mencium kepalanya,"Mama akan cepat pulang sayang."

Tak lupa aku cium Raisyah, putri kecilku yang sedang terlelap tertidur. Syukurlah, ada kakak iparku yang mau menemani mereka bersama mba Isro, pengasuh raisyah.

Berita tentang kecelakaan yang dialami mama membuat hatiku porak poranda. Angkot yang ditumpangi mama mengalami kecelakan serius. Mama yang duduk di depan supir mengalami luka yang serius. Entah mengapa mama nekat mau naik angkot, padahal sudah dilarang karena kondisinya lagi kurang enak badan. Dan jawabannya kudapat. Bahwa mama naik angkot untuk tujuan ke pasar karena ingin berbelanja untuk memasak masakan kesukaan keluarga. Ya Allah.., betapa mulianya niat mamaku.

Padahal pagi harinya mama sempat menelponku dan menanyakan kabar. Bahkan mengingatkan untuk menyiapkan masakan ikan bumbu kuning untuk suamiku yang nanti akan pulang dari dinas.

"Jangan lupalah.Olahkan Rahmat masak ikan bumbu kuning itu. Inya suka banar. Olahkan nyaman-nyaman masakan buat Rahmat lah."Pesan mama dengan logat banjar nya yang khas di telpon.

Dan akhirnya aku sampai berada di depan ruang operasi ini. Duduk bersama ayah, kakak dan adikku. Suamiku sudah balik kembali Ke Bontang. Kami harus berbagi tugas antara menjaga orang tua di samarinda dan menemani anak-anak di Bontang.

Salah satu dokter yang merawat memanggil ayah, dan kami anak-anak mama sebelum mama menjalani operasi. Dokter perempuan itu membicarakan hal serius tentang kondisi mama. Mama yang mempunyai sakit jantung dan diabetes, memiliki resiko cukup besar menjalani operasi di wajahnya untuk menghentikan pendarahan. Namun, dokter tetap mengatakan semua tetap kembalikan kepada Allah SWT. Yang jelas kami semua tetap berdoa dan meminta kepada Nya untuk keselamatan mama. satu persatu kami masuk menemui mama sambil memberikan semangat kepadanya.

Ku liat raut tegang dan kuatir yang dalam terlukis di wajah ayah. Walaupun ayah berusaha menepisnya.

Setelah mama masuk ruang operasi, ayah segera pamit dan mengambil air wudhu untuk sholat. Aku tahu, mungkin sholat dan zikir lah yang akan bisa menenangkan kekuatirannya sambil terus bermunajat kepada Allah untuk keselamatan mama.

Aku menangis. Seandainya saat itu ada suamiku,pasti akan kutumpahkan tangisku di bahunya. Namun, aku harus kuat, begitu juga dengan kakak dan adikku yang menunggui. Beberapa keluarga kami pun menemani di depan ruang operasi.

Kakak dan adikku bergantian menyusul ayah ke kamar untuk sholat hajat. Karena aku sedang berhalangan, maka aku hanya bisa terus berdoa dan menyakinkan diri bahwa semua akan baik-baik saja.

Terbayang jelas kenangan-kenangan bersama mama. Semakin ku kenang, semakin rasa bersalah ku rasakan. Pengorbanan mama selama ini sangat besar buat kami anak-anaknya. Tapi rasanya apa yang kami balas untuk itu semua belum ada apa-apanya.

Ya Allah,kuatkan hati hamba ini. Berikan kesempatan kami untuk terus berbakti dan membuat mama bangga sampai akhir hayatnya.


Aku,kakak dan adikku duduk termangu menunggu di depan ruang operasi. Ayah masih khusuk sholat dan berzikir untuk kesembuhan mama.

Hingga akhirnya, pintu kamar operasi terbuka.. Sontak kami berdiri bersamaan. Wajah dokter masih tertutup masker ketika menyampaikan berita indah itu.

"Alhamdulilah, semua berjalan lancar."Ucapan dokter tersebut sontak dilanjutkan puji syukur kami masing-masing kepada Allah.

"Ibu anda kuat. Insya allah semua berjalan dengan baik,"

Tidak banyak kata yang kami ucapkan. Hanya tangisan bahagia dan senyum indah mengambang. Kami bergegas menemui mama yang masih berbaring lemah. Tidak lama ayah menyusul masuk ke ruangan. Ayah mengecup kening mama dengan mesra. Subhanallah, betapa mengharukan saat-saat itu.

saat ini mama dalam dalam proses penyembuhan. Walaupun masih dalam pengawasan dokter, tapi insya allah semua akan baik-baik saja.

1 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...