"Mau test papsmear? Apa tidak takut?" tanya mama suatu hari, saat saya menyatakan ingin melakukan test papsmear ke dokter kandungan.
Saya mengangguk pasti, "Iya ma, aku ingin coba test papsmear. Mudah-mudahan aman saja".
Ada rona cemas dan ragu yang saya baca dari mata mama
"Kenapa sih harus cek papsmear segala? Urusan pengobatan kanker tiroidmu kan belum selesai. Nanti malah kepikiran, lho".
"Lebih baik mengetahuinya dari awal kan, ma. Bukankah deteksi dini akan lebih baik dari pada telat," jawab saya diplomatis. Mama saya hanya bisa mengangguk-angguk mendengar jawaban saya.
Well, sejak di nyatakan tervonis kanker tiroid beberapa waktu silam, saya memang agak sedikit lebih care sama kondisi tubuh saya. Terkena vonis kanker tiroid stadium lanjut, membuat saya terasa 'tertampar', karena tidak memperhatikan sinyal-sinyal yang telah di berikan oleh tubuh, namun kerap saya acuhkan. Karena tidak ingin terulang lagi, saya secara dini berusaha melakukan pemeriksaan sendiri pada kondisi tubuh saya. Ya, termasuk memutuskan untuk melakukan papsmear di dokter kandungan.
Eitts.. , jangan parno dulu ya :) Sebenarnya papsmear ini sangat di anjurkan untuk perempuan produktif yang telah menikah atau yang telah melakukan hubungan seksual. Tujuan tentu saja sebagai deteksi dini pencegahan kanker serviks, yaitu kanker mulut rahim yang merupakan penyakit kanker mematikan bagi kaum perempuan selain kanker payudara.
Kenyataannya di Indonesia, tidak banyak perempuan yang paham mengenai papsmear dan apa manfaat dari papsmear. Sebaiknya, test papsmear ini dianjuran dilakukan minimal 2 tahun sekali pada perempuan. Dari test papsmear ini kita bisa mengetahui apakah adanya virus Human Papilloma (HPV) yang bisa berpotensi menjadi sel kanker serviks. Sebenarnya virus HPV ini membutuhkan waktu yang cukup lama sekitar 10 tahunan lebih untuk berubah menjadi kanker. Jadi, apabila bisa terdeteksi dari awal, tentu saja akan mempermudah proses penyembuhan serta mencegah berubah menjadi sel kanker serviks.
Cara test pap smear ini sebenarnya bisa di lakukan di mana saja, antara lain di praktek dokter kandungan, di rumah sakit, bahkan ada pula di puskesmas. Tentu saja asal tersedia alat yang di butuhkan serta tenaga medis yang memang ahli di bidangnya. Saya sendiri memilih datang ke dokter kandungan untuk melakukan test papsmear ini dengan berbagai pertimbangan, salah satunya karena dokter tersebut sudah sering menangani saya saat hamil dan melahirkan.
Sebelum di lakukan papsmear, biasanya akan di lihat dulu jadwal menstruasi oleh dokter. Bila saat itu kita sedang menstruasi atau baru selesai menstruasi, biasanya dokter akan meminta kita menunda papsmear sampai kondisi benar-benar terbebas dari masa mensturasi :) Untuk metode papsmear sendiri, dokter akan memasukkan alat khusus melalui vagina (upps.. maaf), serta mengambil sedikit sampel dari dinding rahim.
Setelah itu, hasil sampel pun akan dikirim ke laboratorium untuk di periksa lebih lanjut. Biaya papsmear memang agak beragam. Saya sendiri harus mengeluarkan dana sebesar Rp. 350 ribu untuk pengambilan sampel papsmear sekaligus pemeriksaan hasil sampelnya. Untuk pemeriksaan laboratorium sendiri, dokter kandungan saya lebih memilih untuk mengirimkannya ke Surabaya, sehingga memakan waktu 2 -3 minggu untuk mengetahui hasil papsmear tersebut. Apabila dari hasil papsmear menunjukkan hasil normal, biasanya dokter akan menyarankan di lakukan vaksinasi untuk mencegah kanker serviks. Vaksin ini di lakukan sebanyak 3 kali dengan rentang waktu tertentu. Syukur alhamdulillah, hasil papsmear saya menunjukkan hasil yang bagus.
Oh ya, untuk berbagai kasus-kasus tertentu, misalnya baru di ketahui seorang perempunan terlambat terdeteksi ataupun baru mengetahui kena kanker serviks, biasanya di tandai dengan berbagai gejala. Misalnya saja terjadi pendarahan abnormal terus menerus, ataupun siklus menstruasi yang tidak beraturan seperti normalnya. Apabila ada menemukan gejala seperti itu, jangan di diamkan. Sebaiknya segera di periksa ke dokter yang memang menangani hal tersebut. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar