"Ma, nanti datang ya perpisahan sekolahku,"kata Raisyah, putri kecilku seraya menyerahkan undangan perpisahan dari sekolahnya.
Aku memandang ke arah Raisyah yang menatapku penuh harap. Ah, rasanya tidak akan mungkin kutolak keinginannya itu. Apalagi aku tahu, sudah berapa waktu belakangan ini Raisyah giat berlatih nari di sekolah TK nya.
"Iya, insha Allah mama datang,"jawabku tersenyum,"Raisyah nari apa aja?"
"Nari Semut ama Nari Kucing, ma. Kan aku udah bilang dari kemarin,"rajuknya manja.
Aku tersenyum. Aku tidak mungkin lupa apa yang Raisyah ceritakan itu. Rasanya setiap ibu yang anaknya akan unjuk aksi dalam pentas apapun, pasti akan tidak sabar ingin melihatnya.
"Mama nanti harus sehat ya, biar bisa nonton aku,"kata Raisyah sambil memelukku.
Ah, tanpa kubendung, air mataku kembali menetes. Kata-kata yang keluar dari mulut mungilnya, membuat perasaanku kembali haru biru.
"Iya, mama akan datang. Mama mau liat Raisyah nari kan?" Jawabku berusaha merendam perasaan bergejolak dalam diriku.
Sebenarnya kondisiku tidak cukup nyaman. Apalagi aku baru menyelesaikan kemo tulang beberapa hari sebelumnya. Untuk jalan dan berdiri dengan normal saja, aku tidak bisa melakukan sendiri. Aku butuh pegangan tongkat andalanku. Tapi rasanya aku tidak mungkin menghancurkan keinginan Raisyah dengan alasan sakit. Well, saatnya menunjukkan kekuatan tersimpan hehehe..
Dan..
Hari perpisahan sekolah Raisyah pun tiba. Dengan memupuk segunung kekuatan, aku memberanikan diri berangkat diantar Bapak menuju ke sekolah Raisyah. Raisyah sudah berangkat duluan ke sekolah sedari pagi. sebenarnya kondisiku belum cukup prima, untuk itulah aku janjian dengan saudara sepupu yang anaknya satu sekolah Raisyah. Setidaknya kalau pun aku lelah atau tidak kuat, saudaraku masih bisa membantu. Hehehhe.
Ada niat sih membawa tongkat ajaib andalan, tapi langsung kuurungkan niat itu. Aku sangat menjaga perasaan Raisyah, aku ingin terlihat lebih sehat dan kuat di hari spesialnya itu.
Raisyah sangat senang begitu melihat kedatanganku. Dia sudah siap dengan pakaian nari ala semut. Cantik sekali. Aku sengaja mengambil tempat duduk di bagian depan bersampingan dengan istri sepupuku. Aku ingin melihat bagaimana Raisyah menampilkan performa terbaiknya :) ceilleeee...
Begitu Raisyah tampil di atas panggung, aku sangat antusias melihatnya. Kembali air mataku menetes dan perasaanku mengharu biru. Ah, sekelebat terpikir akan kah aku terus bisa menemani Raisyah saat hari-hari istimewanya seperti sekarang? Hush hush.. Buru-buru kutepis pikiran itu. Saatnya aku bersyukur, sampai detik itu diberikan waktu dan kesempatan Allah untuk menemani Raisyah.
Apalagi saat bertemu dengan guru-guru Raisyah, aku kembali menangis. Sebagian besar dari mereka memang tahu kondisiku, sehingga menanyakan kesehatanku. Selama ini mereka begitu perhatian sama Raisyah. Semoga Allah membalas kebaikan guru-guru Raisyah tersebut. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar