Minggu, 14 September 2014

Hari Terakhir di Ruang Isolasi Ablasi Radiasi Nuklir (bagian 3) - Keping # 72 :



Hari Terakhir Ablasi

Tidak terasa sudah tiga hari dua malam saya berada di dalam ruangan isolasi, tempat saya melakukan ablasi radiasi nuklir. Berada tiga hari disana tentu membawa banyak cerita tersendiri. Untungnya saya sekamar berdua dengan ibu Yanti. Jadi kami bisa saling menguatkan satu sama lain.

"Mba, sudah habis berapa botol?" Tanya ibu Yanti kesekian kalinya. Saya melirik meja di samping tempat tidur saya. Di atas meja itu terdapat 3 botol air mineral ukuran 1500 ml. 2 botol itu masih terisi penuh. Ups.. ternyata saya baru meminum satu botol air mineral.

"Baru satu nih, bu," jawab saya sambil menunjuk 1 buah botol air mineral kosong.

"Ayo mba, minum banyak. Biar turun kadar radiasinya. Jadi bisa cepat pulang. Saya mau abis dua botol," kata ibu Yanti dengan semangat. Ibu Yanti, seorang ibu paru baya namun memiliki semangat yang tinggi.

Saya tertawa kecil dengan lecutan semangat dari bu Yanti. Terus terang, berada di dalam kamar isolasi ini, membuat hubungan kami seperti ibu dan anak. Apalagi ibu Yanti sering bercerita tentang anaknya yang seumuran saya. Dengan semangat 45, saya berusaha meghabiskan air mineral yang menunggu dengan cantik di atas meja. Bayangan anak anak dirumah, semakin menguatkan saya untuk cepat pulang.

Sebenarnya ada rasa sedih saat berada di kamar isolasi saat itu. Karena di waktu bersamaan, bapak saya sedang merayakan ulang tahun ke 63 dirumah bersama anak anak.. Hik hik hik :'( Sempat lebay dan nangis bombay juga.

Oh ya, agak siangan dokter Ayu datang memeriksa kami dan membawa kabar bahagia. Tingkat radiasi saya dan bu Yanti sudah dalam batas normal. Artinya... Kami boleh pulang hari itu.. Asyik.. Walau begitu, ada pula pasien lain teman seperjuangan kami yang masih harus bertahan di ruangan isolasi. Tapi mereka tetap menjalankannya dengan semangat.

Sebelum pulang, dokter Ayu meminta kami untuk dilakukan pegecekan lagi dengan alat SPECT. fungsinya untuk mengetahui, sejauh mana efektifitas iodine 131 menangkap kanker dalam tubuh kami. Prosedurnya pun tetap sama seperti saat saya melakukan observasi beberapa hari sebelumnya. Seluruh tubuh saya akan di scan ulang dari ujung kepala hingga kaki. Prosesnya memakan waktu hampir 1 jam.

Hasil
yang Cukup Mengejutkan

Dengan rasa deg degan,  saya menanti hasil pemeriksaan tersebut. Besok harinya saya di minta oleh dokter Ayu untuk menjelaskan hasil ablasi radiasi nuklir tersebut.

Hasilnya membuat saya cukup terkejut. Cairan iodine 131 yang berada dalam tubuh saya berhasil mengangkap beberapa titik kanker di paru paru, tulang belakang dan daerah panggung. Tapi setidaknya saya bersyukur, beberapa titik kanker itu bisa ditangkap oleh iodine 131.

Setelah menjalani ablasi selama 3 hari, saya pun di perkenankan pulang. Hal itu karena kader radiasi nuklir dalam tubuh saya sudah normal. Alhamdulillaaah... Insha Allah selama 6 bulan pasca ablasi kedua, saya akan melakukan kontrol ulang. semoga hasilnya bisa terus membaik. Amin...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar