Sabtu, 13 September 2014

Saatnya Berjuang di Balik Kamar Isolasi Ablasi (bagian 2) - Keping # 71

Sekarang, saya mau melanjutkan cerita pengalaman saya radiasi nuklir jilid dua ya. Radiasi nuklir yang sering disebut ablasi ini merupakan salah satu terapi untuk pengobatan kanker tyroid ini. Bahan yang digunakan yaitu isotop iodine 131.

Dosis yang di gunakan pun tidak semua pasien sama, tergantung dari penyakit kanker tersebut. Saya sendiri mengunakan dosis 150 merkuri baik pada radiasi pertama maupun kedua. Ada beberapa pertimbangan mengapa pmberian dosis seperti itu. Antara lain dari jenis kanker dan stadium kanker. Berhubung saya sudah masuk stadium 4, jadi dosis pun di sesuaikan.

Hari Pertama Ablasi

Sebelum dilakukan ablasi radiasi nuklir, saya diminta puasa sejak jam 7 pagi. Untungnya malam sebelumnya, sahabat saya mba Amel, mengajak saya menikmati kuliner khas Bandung bersama keluarganya. Wah, malam itu saya benar benar sengaja menyiapkan diri dan energi untuk berperang saat ablasi hihihi..

Saya datang ke instalasi kedokteran nuklir hasan sadikin sekitar jam 11 siang. Saya pun berkesempatan berdiskusi dengan dokter Ayu mengenai hasil observasi saya beberapa hari sebelumnya
Tidak lama setelah itu, saya dan beberapa pasien yang akan melakukan ablasi dikumpulkan untuk briefing. Ada 3 orang pasien perempuan termasuk saya, dan 3 orang pasien laki-laki. Briefing di pandu oleh dokter yang menjelaskan prosedur ablasi.

Tidak ada perbedaan prosedur ablasi pertama saya dengan ablasi kedua. Rupanya memang kedokteran nuklir punya standar khusus untuk prosedur ablasi. Namun yang lebih membuat saya jadi pusat perhatian, rupanya hanya saya diantara pasien yang sudah melakukan ablasi kedua. hehehhe... malu oy..
Saat melakukan ablasi radiasi, pasien akan diberikan minuman cairan isotop iodine 131 dengan dosis yang disesuaikan. Pihak petugas dengan pakaian anti radiasi akan membawa cairan iodine 131 tersebut, dalam sebuah tas brangkas besi khusus ke dalam kamar isolasi. Tentu saja, kami para pasien sudah menanti kedatangan petugas tersebut

Selama proses ablasi, pasien diharapkan hanya membawa barang barang seperlunya saja. Untuk perlengkapan pakaian pun sudah di sediakan oleh pihak rumah sakit. Tapi tenang saja, tetap bisa berkomunikasi melalui handphone ataupun membawa laptop. Di dalam kamar pun tersedia televisi dan kulkas. Kalau pun seandainya bosan dengan makanan yang di sediakan rumah sakit. Kita bisa saja minta di belikan makanan dari luar asalkan menghindari makanan yang mengandung sea food.

Selama proses ablasi berlangsung, sangat tidak dianjurkan untuk keluar ruangan isolasi. Di luar ruangan terdapat alat pengukur radiasi. Seandainya seseorang yang masih memiliki radiasi diatas normal dan berada di luar ruangan. Dengan spontan, alat tersebut akan berbunyi. Bisa kebayangkan, satu rumah sakit bisa heboh karena ada pasien mencoba iseng keluar ruangan hehehehhe..

Kebetulan saya mendapatkan teman sekamar yang baik banget. Namanya Ibu Yanti dari semarang. Sejujurnya saya heran, kenapa koneksi saya begitu kuat dengan semarang ya? Saat radiasi ablasi pertama, saya bersama mb Kartika dari Semarang. Sampai sekarang kami masih terus bersahabat hehheh... Trus waktu KKN jaman kuliah, saya juga sekamar ama Witree dari Semarang. Benar benar deh, Semarang Love Forever hihihi..

Oh ya, setelah di lakukan prosedur pemberian minum cairan isotop iodine 131, kami di haruskan melanjutkan puasa lagi selama 2 jam.. Aduh, perut saya benar benar merasa kelaparan. Untuk mengurangi rasa mual dan muntah, kami dianjurkan untuk minum obat maag dan obat anti mual.
Wajar sih kalau memang meminum cairan iodine 131 yang sedikit itu bisa bikin tubuh nggak nyaman. Namanya juga cairan bahan nuklir hihihihi...

Nah untuk menetralisir nya, kami di wajibkan makan yang banyak dan minum minimal 3 botol air mineral besar perhari selama dalam ablasi. Pokoknya penuh perjuangan untuk menghabiskan minuman dan makanan tersebut heheheh...


Hari Kedua Ablasi

Berhubung saya sudah dua kali ablas, jadi sedikit banyak sudah paham bagaimana menangani efek radiasi tersebut. Bila radiasi pertama saya benar benar kondisi drop dan ngga fit, maka berbeda pada radiasi kedua ini. Saya sengaja jauh jauh hari menyiapkan kondisi fisik biar lebih kuat menghadapi ablasi kedua ini.

Syukurlah pada hari pertama hingga hari kedua, saya tidak terlalu merasakan efek yang berarti setelah meminum cairan iodine 131. Begitu pula dengan bu Yanti, beliau begitu semangat menjalani ablasi pertamanya. Kami banyak menghabiskan waktu bercerita, nonton tivi, makan dan tidur hihihihi.
Di hari kedua ini, dokter Ayu beserta timnya meminta saya dan bu yanti untuk di cek kadar radiasinya. Kami srcara bergantian keluar kamar isolasi dan berdiri di hadapan dokter Ayu. Dokter Ayu mengenakan baju anti radiasi sambil memegang alat ukur radiasi.

Lumayan lah, hari kedua ada penurunan tingkat radiasi pada tubuh saya maupun bu Yanti. Kalaupun memang nanti srmakin menurun tingkat radiasinya, maka kami akan di bolehkan pulang .
"Jangan lupa minum air mineral yang banyak ya, bu," pesan dokter Ayu pada kami.
Saya hanya tersenyum, sembari mengingat ada tambahan botol mineral baru lagi yang harus dihabiskan ... hihihihihi...
Ayo Semangaaattttt
Bersambung

1 komentar:

  1. Luar biasa kuat mba ini ,... yg tegar dia yg akan bertahan dan itu dirimu mba *hug

    BalasHapus