Selalu Ada Jalan di Tengah Kesulitan
Oleh : Tri Wahyuni Zuhri, SP
(Koordinator IIDN Kaltim,
Macibaku Bontang, STUDIO KATA)
Novel Never Give Up |
Penulis : Inni Indarpuri
Jumlah halaman : 232
Penerbit : Kalika
Tahun : 2012
Satu lagi karya penulis asal Kalimantan Timur yang terbit awal tahun 2013 ini, yaitu Novel Never Give Up karya Inni Indarpuri. Novel ini merupakan novel ketiga dari Inni. Novel sebelumnya yang berjudul Diantara Dua Cinta dan Gampiran, mengusung setting lokalitas Kalimatan Timur yang khas. Hal berbeda dengan novel Never Give Up ini. Selain bergenre remaja yang penuh cerita, novel ini pun mengambil Kota Samarinda sebagai setting latarnya.
Dikisahkan tokoh utama dalam novel ini yaitu Puri, seorang gadis remaja yang masih duduk di bangku SMA. Awalnya kehidupan Puri dan keluarga sangat berkecukupan dari segi materi dan penuh kebahagiaan. Hingga ayahnya di vonis menderita penyakit kanker stadium lanjut, mengakibatkan perekonomian keluarga menurun drastis untuk pengobatan sang ayah. Namun hal itu tidak membuat Puri dan keluarga menyerah. Mamanya dengan penuh cinta turut berperan menopang perekonomian sekaligus menguatkan semangat keluarganya untuk terus berjuang hidup tanpa menyerah. Walaupun akhirnya jiwa ayah Puri tidak tertolong karena penyakitnya tersebut.
Masalah yang dihadapi Puri dan keluarga ternyata tidak berhenti begitu saja. Rehana, kakak perempuan Puri, di vonis terkena penyakit Lupus. Lupus merupakan penyakit yang cukup menakutkan. Selain lupus bisa merusak organ tubuh secara terstruktur, akibat yang ditimbulkan penyakit ini bisa menyerang kerusakan jaringan kulit, ginjal bocor, jantung, otak dan syaraf. Apa yang dialami Rehana, ternyata tidak lantas membuatnya putus asa. Disela-sela kenyataan dan perjuangannya menghadapi penyakit lupus, Rehana tetap berusaha menyelesaikan studi pendidikannya. Ia pun selalu berusaha memberikan semangat positif kepada Puri maupun orang-orang sekelilingnya. Diceritakan pula di novel ini, bagaimana Ridwan sang suami Rehana, yang tetap tulus dan setia mendampingi, walaupun kondisi Rehana yang sudah sakit. Penulis mencoba menggambarkan bagaimana cinta Rehana dan Ridwan menjadi sumber
Kekuatan mereka menjalani hari-hari yang penuh rintangan dan air mata itu.
Kekuatan mereka menjalani hari-hari yang penuh rintangan dan air mata itu.
Tentu saja karena novel ini bergenre remaja, tidak lepas dari kisah remaja pada umumnya. Penulis cukup mahir melukiskan tokoh Puri yang berusia remaja dengan segala ceritanya. Termasuk bagaimana perasaan suka Puri dengan seorang teman sekolahnya bernama Fuad. Atau cerita mengenai persahabatan yang terjalin antara Puri dan kedua sahabatnya, Fifi dan Agustini. Bagaimana mereka bertiga menjalani masa-masa indah bersama di SMA. Termasuk ketika mereka memberi dukungan dan kekuatan saat Puri pun belakangan diketahui terkena penyakit Lupus.
Awalnya Puri mencoba menutup-nutupi penyakit Lupus yang dideritanya. Ia tidak ingin mamanya kuatir dengan kondisinya, mengingat Rehana kakaknya pun dalam kondisi kritis. Namun, tetap Tuhan pula yang berkehendak. Rehana sang kakak pun akhirnya meninggal dunia. Bersamaan itu pula Penyakit Lupus yang di derita Puri mulai bereaksi dan menyerang kakinya. Hal itu membuat Puri harus rela menerima salah satu kakinya di amputasi akibat penyakit Lupus.
Di saat menghadapi masa terpuruk itulah, tidak lantas membuat Puri lama meratapi nasib dan putus asa. Berkat dukungan mama dan orang-orang terdekatnya, Puri mencoba bangkit dan meraih impiannya kembali. Puri percaya setiap kesulitan pasti akan ada jalan, bila kita percaya dan terus berusaha. Novel ini akan semakin menarik bila Anda baca sendiri. Selain mengharu biru dengan perjuangan Puri dan Rehana, novel ini pun sangat menginspirasi pembacanya untuk tidak menyerah dalam menghadapi permasalahan.
Inni Indarpuri, selaku penulis yang juga merupakan aktivis volunteer dari Suforda, salah satu komunitas Lupus di Kaltim, cukup jeli menceritakan secara detiil mengenai penyakit lupus di novel ini. Baik ciri-ciri yang biasa penderita alami, pengobatannya, bahkan hal-hal lain yang menyangkut mengenai penyakit ini. Semua coba ia rangkum dalam bentuk aluran cerita dalam novel ini. Termasuk bagaimana konflik yang terjadi antara tokoh utama dan tokoh lainnya .
Sehingga wajar bila saya pribadi katakan, bila novel ini selain memuat unsur moral ikatan kekeluargaan dan persahabatan, dan semangat untuk tidak menyerah dalam menghadapi segala cobaan. Novel ini pun memberikan pelajaran tersendiri untuk pembacanya mengenai penyakit Lupus itu sendiri.
Semoga novel ini bisa memberikan manfaat dan hikmah tersendiri bagi para pembacanya. Dan tentu saja saya berharap dunia kepenulisan di Kaltim akan banyak memberikan warna tersendiri di masa yang akan datang. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar