Minggu, 24 Juni 2012

Mendorong Kepedulian Masyarakat Lewat Karya

Salah satu tulisan di muat di media massa.

Bedah Buku Karya Penulis Kaltim,
Mendorong Kepedulian Masyarakat Lewat Karya

Oleh : Tri Wahyuni Rahmat

Beberapa waktu lalu,  tepatnya 6 Juni 2012, bertempat di Perpustakaan Provinsi Kalimantan Timur, saya bersama  Ibu Ade SM, ketua komunitas Qolbu PT. Badak NGL, berkesempatan menghadiri acara Bedah Buku.  Acara bedah buku ini mengambil tema “Kita jadikan Perpustakaan  Sebagai Sumber Belajar Sepanjang Hayat”,  di buka secara resmi oleh Kepala Kantor Badan Perpustakaan Provinsi Kaltim.    

Acara bedah buku kali ini memang sangat menarik perhatian saya dan Ibu Ade.   Selain kami  bisa mengetahui isi  dari buku yang akan di  bedah hari itu,  kami pun berkesempatan mengenal sosok para  penulis yang berasal dari Kaltim. Buku pertama yang di bedah yaitu buku Belajar dari Universitas Kehidupan, karya Bapak Syafruddin Pernyata.  Syafruddin Pernyata  selain terkenal sebagai salah satu pejabat pemerintahan, beliau pun terkenal dengan karya-karya hasil tulisannya.

Saya sendiri mengenal beliau dari karya-karyanya, baik berupa cerpen, artikel ataupun tulisan essay.  Bahkan beberapa tulisan essay nya kerap di tampilkan di Koran Tribun Kaltim.  Gaya penulisan dan pola pemikiran Syafruddin yang khas, rupanya  tertuang pula dalam buku Belajar dari Universitas Kehidupan.  Buku yang berisi 21 cerita yang diangkat dari kisah nyata yang dialaminya sendiri ataupun orang-orang yang dikenalnya, memang sangat menarik untuk di bedah.

Dari Judul buku  yang di ambil yaitu Belajar dari Universitas Kehidupan, ternyata membuat rasa penasaran bagi yang membacanya.  Selama ini masyarakat berpandangan bahwa universitas adalah sebuah  pendidikan yang merupakan lanjutan jenjang pendidikan setelah tamat Sekolah Menengah Atas (SMA).  Hal yang berbeda pada universitas kehidupan.  

Syafruddin seakan mengibaratkan bahwa kehidupan yang kita jalani sehari-hari merupakan sebuah universitas buat kita.   Dimana di universitas kehidupan tersebut akan kita jumpai banyak hal-hal yang menarik, tidak hanya hal yang indah dan bahagia, namun terkadang pahit, sedih dan penuh rintangan.  Toh, setiap orang akan memiliki masalah yang berbeda-beda.  Seperti halnya yang di ceritakan dalam buku ini.  Namun  semua hal tersebut hendaknya di jalankan dengan penuh semangat dan rasa optimis.   Tentunya akan banyak hikmah yang nantinya dapat kita petik.

 Buku kedua yang di bedah yaitu buku novel Gampiran karya Inni Indarpuri.  Inni Indarpuri adalah salah satu penulis asli Kaltim yang kerap mengangkat tema lokalitas Kaltim dalam setiap karyanya.  Novel pertamanya berjudul Diantara Dua Cinta sempat mencuri perhatian masyarakat karena tema yang diambil bersetting lokalitas Kaltim yang kental.

Begitu pula dengan novel Gampiran, Inni selaku penulis, memadukan kisah khas Kaltim dengan kondisi modern saat ini. . Ia mencoba mengangkat realitas kerusakan lingkungan yang selama ini terjadi di daerah Kaltim dan memadukannya dengan kisah  gampiran tersebut.

Novel Gampiran dengan tokoh utama Munita yang terpisah dengan kembarannya sejak belasan tahun.  Munita yang selama ini tinggal di kedalaman sungai dengan wujud jadi-jadian, harus kembali ke kampong asalnya, Sangta.   Ia berusaha menyelamatkan kampungnya dari kehancuran dan keserakahan manusia.   Kampungnya yang dulunya begitu indah dan bermandikan sumber daya alam, ternyata hancur akibat tangan-tangan manusia.   Hingga mengalirlah cerita yang penuh konflik namun sarat dengan hikmah di dalamnya.

Dari dua buku yang di tulis oleh kedua penulis beda generasi tersebut, terdapat hal sama yang bisa saya petik.  Kedua penulis mencoba membuka mata kita mengenai arti kehidupan sesungguhnya.  Syafruddin mencoba memaparkan kondisi kehidupan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat saat ini. Membuat kita untuk lebih berfikir secara lebih bijaksana dalam bertindak dan bersikap.  Demikian pula dengan Inni yang mengulas mengenai kondisi lingkungan saat ini, yang ternyata tidak hanya berimbas bagi masyarakat saat ini, tetapi segala hal yang berhubungan dengan lingkungan tersebut.  Sudah saatnya kita sebagai manusia bisa peduli pada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Semoga..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar