Minggu, 23 November 2008

Mengenalkan Puasa Kepada Anak

Bulan ramadhan atau yang biasa kita sebut bulan puasa, adalah bulan yang dinanti-nantikan oleh umat muslim di seluruh penjuru dunia. Di bulan yang penuh rahmat dan hidayah ini, setiap muslim berusaha menahan diri untuk tidak makan dan minum, menahan emosi dan syahwat serta menyempurnakan ibadah. Kewajiban tentang puasa sendiri sebenarnya telah di terangkan secara jelas di Al quran maupun Al Hadist. Tentunya di kesempatan di bulan suci ini, kita sebagai umat muslim akan benar-benar memanfaatkannya sebagai waktu mendekatan diri kepada Allah.

Kewajiban puasa berlaku bagi umat muslim yang telah akil baliq, namun tidak ada salahnya bila di bulan puasa ini kita pun dapat mengenalkan arti berpuasa kepada anak. Mengenalkan puasa kepada anak memang gampang-gampang susah. Sehingga beberapa orang tua melakukan pengenalan berpuasa kepada anak secara bertahap sejak usia dini si anak. Kenyataannya ada beberapa anak yang memang berpuasa berdasarkan niat sendiri karena melihat lingkungan terutama orang tua mereka yang berpuasa. Dan bisa jadi pemahaman sederhana tentang kewajiban berpuasa membuat si anak mencoba berpuasa walaupun hanya di lakukan setengah hari.

Peran orang tua memang sangat penting untuk mengenalkan ibadah puasa kepada anak, terlebih akan memudahkan bila dilakukan sejak dini sebelum mereka akil baliq. Di harapkan dengan begitu si anak akan terlatih dengan aktifitas berpuasa untuk selanjutnya. Untuk tahap awal, kita bisa mengenalkan puasa dengan membuat pemahaman mereka secara sederhana mengenai ibadah puasa. Di masa itu, perkembangan kecerdasan si anak tumbuh dengan cepat, dimana daya ingat dan sikap kritis mulai tumbuh dan rasa ingin tahu serta rasa tanggung jawab. Orang tua dapat memberikan pemahaman kepada anak mengenai definisi dan keutamaan puasa bagi kaum muslimin. Menurut syariaat berpuasa berarti menahan diri secara khusus dan dalam waktu serta syarat-syarat tertentu. Menahan diri termasuk menahan makan dan minum serta menahan segala bentuk nafsu, dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Di sini, orang tua dapat menerangkan kewajiban berpuasa berlaku untuk semua kaum muslimin yang telah akil baliq. Namun, anak-anak dapat di ajarkan pengenalan terlebih dahulu akan berpuasa.

Mengajak makan sahur bersama, berbuka puasa bersama, menjalankan sholat berjamaah dan sholat tarawih, bahkan membaca al qur'an serta mengajak berbagai kebajikan adalah beberapa hal yang dapat di ajarkan kepada anak. Tidak menjadi masalah bila si anak belum kuat menjalankan ibadah puasa secara penuh selama satu hari. Karena tidak ada paksaan dalam menjalankan puasa bagi anak yang belum akil baliq. Dan tidak masalah bila beberapa anak tetap ingin menjalankan puasa walaupun hanya melakukannya selama setengah hari saja. Yang terpenting, kita sebagai orang tua telah mengenalkan secara dini dan sederhana mengenai berpuasa itu sendiri. Sehingga tidak salah, bila si anak akan merasa ada kebahagiaan tersendiri dengan rutinitas sahur dan buka puasa serta tarawih di dalam bulan puasa walaupun ia sendiri belum melaksanakan puasa. Insya Allah, untuk selanjutnya si anak akan merasa rindu dan menanti kehadiran bulan puasa.

Sebenarnya yang terpenting bagi orang tua perhatikan pada mengenalkan puasa kepada anak, yaitu dengan memperhatikan kondisi psikologis dan biologis si anak dalam mengenalkan puasa. Bila secara psikologis anak dapat menerima dengan baik mengenai puasa, tentunya tidak masalah. Namun bagaimana dengan kondisi biologis si anak yang termasuk fisiologis tubuh, metabolisme dan fungsi organ si anak? Bila orang tua tidak cermat memperhatikannya, tentunya akan berdampak tidak baik pada daya tahan tubuh si anak.

Seperti yang kita ketahui, selama bulan puasa biasanya aktifitas si anak akan bertambah banyak. Misalnya saja di kegiatan sahur, dimana anak yang awalnya terbiasa bangun pagi, namun di bulan puasa ia akan bangun waktu sahur untuk sahur. Dan beberapa aktifitas ibadah seperti sholat tarawih bersama ataupun tadarusan dan pesantren kilat yang di lakukan memakan waktu si anak. Tentunya hal ini berdampak pada berkurangnya jam istirahat si anak di samping berdampak menguras energi si anak. Dan ini akan berpengaruh pada perkembangan biologis si anak. Padatnya aktifitas tanpa di imbangi dengan asupan gizi dan waktu istirahat yang cukup, bisa mengakibatkan menurunnya kekebalan tubuh yang membuat anak mudah sakit.

Untuk menghindari hal tersebut, maka orang tualah yang harus berperan penting. Orang tua harus bisa memperhatikan kondisi biologis anak, termasuk memperhatikan bagaimana jadwal istirahat anak. Dengan mengatur jam istirahat anak secara tepat, maka kondisi biologis si anak tidak menjadi masalah bila harus melakukan aktifitas padat di bulan puasa. Disamping itu, perlu sekali di perhatikan menu dan gizi santap
an sahur ataupun berbuka yang di asup si anak. Orang tua perlu melihat apakah kebutuhan gizi, vitamin dan mineral anak telah tercukupi dari asupan makanan dan minuman selama mengajarkan pengenalan puasa. Pemenuhan gizi yan tepat ini sangat di perlukan untuk menunjang aktifitas si anak. Sehingga anak dapat menjalani ibadah puasanya dengan kondisi psikologi dan biologis yang sehat. Jangan sampai puasa menjadi beban mental sendiri dan menggangu kesehatan anak bila orang tua lalai memperhatikanya. Jadi, tidak ada yang salah bila secara dini mengenalkan arti berpuasa kepada anak, asalkan orang tua bisa turut memperhatikan kondisi psikologis dan biologis si anak. Selamat berpuasa....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...